Penculikan Manusia Oleh Jin
Penculikan Manusia Oleh Jin
Tanya : Apakah mungkin jin mampu membawa manusia dan menyembunyikannya ?
Jawab : Sangat memungkinkan, sebagainya disaksikan banyak hadits. Dalam hadits sahih Muslim disebutkan :
حدثنا محمد بن المثنى حدثنا عبد الأعلى عن داوود عن عامر قال : سألت علقمة : هل كان ابن مسعود – رضي الله عنه – شهد مع رسول الله ليلة الجن قال فقال علقمة أنا سألت ابن مسعود فقلت هل شهد أحد منكم مع رسول الله ليلة الجن قال : لا ولكنا كنا مع رسول الله ذات ليلة ففقدناه فالتمسناه في الأودية والشعاب فقلنا استطير ( قال صاحب لسان العرب : واستطير الشيء أي طير ) أو اغتيل قال فبتنا بشر ليلة بات بها قوم ، فلما أصبحنا إذا هو جاء من قبل حراء قال : فقلنا يا رسول الله فقدناك فطلبناك فلم نجدك فبتنا بشر ليلة بات بها قوم ، فقال : أتاني داعي الجن فذهبت معه فقرأت عليهم القرآن ، قال : فانطلق بنا فأرانا آثارهم وآثار نيرانهم وسألوه الزاد فقال لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع في أيديكم أوفر ما يكون لحما ، وكل بعرة علفت لدوابكم ، فقال رسول الله : فلا تستنجوا بهما فإنهما طعام إخوانكم
Bahwa ‘amir bertanya kepada Alqamah apakah Ibnu Mas’ud ikut bersama Rasulullah pada malam bertemu jin ? Lalu Alqamah Alqamah bertanya kepada sahabat Ibnu Mas’ud,
”Apakah ada diantara kalian yang ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam beliau bertemu jin?”
”Tidak, hanya saja, pada suatu malam, sebelumnya kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, dan kamipun mencari beliau di lembah dan semak-semak. Hingga kami mengatakan, ’Beliau dibawa pergi oleh jin.’ Malam itu, kami menjalani malam paling buruk. Di pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Kamipun segera menyambut beliau, ’Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami berusaha mencari anda, namun kami tidak berhasil menemukan anda. Sehingga kami merasa sangat sedih di malam itu.”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
”Ada seorang dari kalangan jin yang mendatangiku, akupun pergi bersamanya dan aku bacakan ayat al-Quran kepada mereka.”
Ibnu Mas’ud melanjutkan ceritanya, Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersama kami. Kamipun melihat bekas mereka dan bekas api mereka. Dan mereka meminta bekal hidup. Lalu Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Pada setiap tulang hewan yang disembelih secara syar’i, akan berisi penuh daging di tangan kalian. Dan setiap kotoran hewan ternak, menjadi makanan binatang kalian (jin).”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
”Janganlah kalian melakukan istinjak dengan tulang dan kotoran, karena itu makanan saudara kalian (dari jin).”(HR. Ahmad 4149, Muslim 450, Turmudzi 3258, dan yang lainnya)
Dari perkataan para sahabat dalam hadits itu, menunjukkan bahwa jin mampu membawa pergi manusia secara fisiknya.
Lelaki yang hilang diculik jin.
Kisah yang ‘ajib ini terjadi di zaman Khulafa’ur Rasyidin yang kedua yaitu ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu, diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah, beliau menuturkan :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو مُحَمَّدٍ عُبَيْدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مَهْدِيٍّ لَفْظًا، قَالا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، نا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أنا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، نا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، ” أَنَّ رَجُلا مِنْ قَوْمِهِ مِنَ الأَنْصَارِ خَرَجَ يُصَلِّي مَعَ قَوْمِهِ الْعِشَاءَ فَسَبَتْهُ الْجِنُّ فَفُقِدَ، فَانْطَلَقَتِ امْرَأَتُهُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَصَّتْ عَلَيْهِ الْقِصَّةَ فَسَأَلَ عَنْهُ عُمَرُ قَوْمَهُ، فَقَالُوا: نَعَمْ، خَرَجَ يُصَلِّي الْعِشَاءَ فَفُقِدَ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَرَبَّصَ أَرْبَعَ سِنِينَ، فَلَمَّا مَضَتِ الأَرْبَعُ سِنِينَ أَتَتْهُ فَأَخْبَرَتْهُ فَسَأَلَ قَوْمَهَا، فَقَالُوا: نَعَمْ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَتَزَوَّجَ فَتَزَوَّجَتْ فَجَاءَ زَوْجُهَا يُخَاصِمُ فِي ذَلِكَ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَغِيبُ أَحَدُكُمُ الزَّمَانَ الطَّوِيلَ لا يَعْلَمُ أَهْلُهُ حَيَاتَهُ، فَقَالَ لَهُ: إِنَّ لِي عُذْرًا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَ: وَمَا عُذْرُكَ؟ قَالَ: خَرَجْتُ أُصَلِّي الْعِشَاءَ فَسَبَتْنِي الْجِنُّ فَلَبِثْتُ فِيهِمْ زَمَانًا طَوِيلا فَغَزَاهُمْ جِنٌّ مُؤْمِنُونَ، أَوْ قَالَ: مُسْلِمُونَ، شَكَّ سَعِيدٌ فَقَاتَلُوهُمْ فَظَهَرُوا عَلَيْهِمْ فَسَبَوْا مِنْهُمْ سَبَايَا فَسَبَوْنِي فِيمَا سَبَوْا مِنْهُمْ، فَقَالُوا: نَرَاكَ رَجُلا مُسْلِمًا وَلا يَحِلُّ لَنَا سَبْيُكَ فَخَيَّرُونِي بَيْنَ الْمُقَامِ وَبَيْنَ الْقُفُولِ إِلَى أَهْلِي فَاخْتَرْتُ الْقُفُولَ إِلَى أَهْلِي فَأَقْبَلُوا مَعِي أَمَّا بِاللَّيْلِ فَلَيْسَ يُحَدِّثُونِي وَأَمَّا بِالنَّهَارِ فَعِصَارُ رِيحٍ أَتْبَعُهَا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَمَا كَانَ طَعَامُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْفُولُ وَمَا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ، قَالَ: فَمَا كَانَ شَرَابُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْجَدَفُ، قَالَ قَتَادَةُ: وَالْجَدَفُ مَا لا يُخَمَّرُ مِنَ الشَّرَابِ، قَالَ: فَخَيَّرَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَيْنَ الصَّدَاقِ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ
Abu ‘Abdillaah Al-Haafizh dan Abu Muhammad ‘Ubaid bin Muhammad bin Muhammad bin Mahdiy telah mengkhabari kami -secara lafazh-, keduanya berkata, Abul ‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub telah mengkhabari kami, Yahyaa bin Abi Thaalib telah mengkhabari kami, ‘Abdul Wahhaab bin ‘Athaa’ telah memberitakan kami, Sa’iid telah mengkhabari kami, dari Qataadah, dari Abu Nadhrah, dari ‘Abdurrahman bin Abi Lailaa :
“Bahwasanya ada seorang lelaki dari kaumnya Ibnu Abi Lailaa yaitu kaum Anshar yang keluar untuk shalat ‘Isya bersama mereka. Tiba-tiba jin menawan lelaki tersebut dan hilanglah ia tak berbekas. Serta merta pergilah istri si lelaki kepada ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu lalu ia melapor kepada ‘Umar atas kejadian yang menimpa suaminya, kemudian ‘Umar pun bertanya kepada kaum Anshar perihal lelaki tersebut. Mereka menjelaskan, “Benar, ia keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ia menghilang!” Maka ‘Umar memerintahkan kepada istri si lelaki untuk menahan diri selama 4 tahun.
Ketika telah berlalu masa 4 tahun, ia kembali mendatangi ‘Umar dan memberitahukan keadaannya (yang telah menunggu hingga lewat masa 4 tahun) kepada ‘Umar. Lalu ‘Umar pun bertanya kepada kaum si wanita (mengenai kebenaran perkataannya). Mereka menjawab, “Benar!” Kemudian ‘Umar memerintahkan wanita tersebut agar menikah lagi dan ia pun menikah (dengan lelaki lainnya).
Tiba-tiba datanglah suaminya yang telah menghilang selama 4 tahun tersebut (dan ia mengetahui istrinya telah menikah lagi) lantas ia mendebat ‘Umar bin Al-Khaththaab mengenai hal ini.
‘Umar berkata, “Salah seorang dari kalian raib dalam rentang waktu yang demikian lama, keluarganya pun tidak ada yang mengetahui mengenai keberadaannya.”
Sang lelaki berusaha menjelaskan kepada ‘Umar, “Sesungguhnya diriku mempunyai ‘udzur, wahai amiirul mu’miniin!”
‘Umar bertanya, “Apa ‘udzurmu?”
Sang lelaki menceritakan kisah yang dialaminya, “Aku keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ada jin yang menawanku. Maka aku menetap di alam mereka selama rentang waktu yang panjang. Dan ada sekelompok jin mu’min -atau jin muslim, Sa’iid (salah seorang perawi kisah) ragu- yang memerangi jin-jin kafir tersebut, lantas kelompok jin mu’min berhasil menaklukkan kelompok jin kafir lalu para jin mu’min menawan para tawanan yang pernah ditawan para jin kafir dan aku termasuk ke dalam kelompok tawanan yang direbut dari mereka. Para jin mu’min berkata, “Kami melihatmu sebagai seorang lelaki muslim dan tidak halal bagi kami untuk menawan kamu.” Kemudian mereka memberiku pilihan antara tetap tinggal (di alam jin tersebut) atau kembali ke keluargaku, aku pun memilih kembali ke keluargaku dan para jin mu’min pun membebaskanku. Ketika malam hari tiba maka mereka tidak lagi berbicara denganku, dan adapun pada siang hari maka saat itulah ada deru angin yang aku mengikutinya (hingga aku dapat keluar dari alam mereka).”
‘Umar bertanya, “Apa makananmu ketika bersama mereka?”
Lelaki tersebut menjawab, “Sejenis kacang-kacangan dan segala sesuatu yang tidak disebut nama Allah padanya.”
‘Umar bertanya kembali, “Dan apa minumanmu ketika bersama mereka?”
Si lelaki menjawab, “Al-Jadaf.”
-Qataadah menjelaskan, “Al-Jadaf adalah segala jenis minuman yang tidak ditutup.”-
Akhirnya, ‘Umar pun memberi pilihan untuk si lelaki antara mahar dan istrinya.”
[Sunan Al-Kubraa li Al-Baihaqiy 7/733, Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah]
Dari kisah di atas ada beberapa faedah dan hikmah, diantaranya :
1. Muncullah hukum fiqih, bagaimana status seorang istri yang tinggal suami selama 4 tahun.
2. Bahwasanya kejadian-kejadian yang terjadi diluar akal sehat seperti jin-jin kafir yang kerap kali menzhalimi manusia dengan cara-cara yang aneh, adalah haq dan benar terjadi, sebagaimana dalam kisah yaitu seorang lelaki Anshar yang ditawan jin kafir, hilang tak berbekas hingga kerabat dan kaumnya tidak mengetahui kemana perginya dan ia pun baru muncul beberapa tahun kemudian ketika istrinya telah menikah lagi. Benarlah sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam :
خَمِّرُوا الْآنِيَةَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ وَاكْفِتُوا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ الْعِشَاءِ فَإِنَّ لِلْجِنِّ انْتِشَارًا وَخَطْفَةً
“Tutuplah bejana, ikatlah tempat minuman kalian, tutuplah pintu-pintu, dan tahanlah anak-anak kalian (di rumah) ketika tiba waktu ‘Isya’ karena sesungguhnya para jin sedang berkeliaran dan kerap menculik.” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 3316]
3. Kejadian ini terjadi di masa kekhalifahan ‘Umar, yang mana termasuk masa 3 generasi terbaik sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan telah ma’ruf bagi kita bahwa pada masa tersebut kaum muslimin masih belum jauh dari masa Nubuwwah dan masih banyak para sahabat. Hikmahnya adalah, pada zaman tersebut yang termasuk sebaik-baik zaman dan sebaik-baik kaum muslimin, para jin kafir masih bisa berbuat zhalim, maka bagaimanakah lagi dengan zaman sekarang yang kaum musliminnya sendiri banyak yang tidak mengenal agamanya, banyak yang mengambil dukun untuk memecahkan masalah. Wal’iyadzubillaah.
4. Para jin mu’min kerapkali berperang melawan para jin kafir sebagaimana bertempurnya kaum muslimin melawan orang-orang kafir.
(Panduan Ruqyah Aswaja praktisi. Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
Tanya : Apakah mungkin jin mampu membawa manusia dan menyembunyikannya ?
Jawab : Sangat memungkinkan, sebagainya disaksikan banyak hadits. Dalam hadits sahih Muslim disebutkan :
حدثنا محمد بن المثنى حدثنا عبد الأعلى عن داوود عن عامر قال : سألت علقمة : هل كان ابن مسعود – رضي الله عنه – شهد مع رسول الله ليلة الجن قال فقال علقمة أنا سألت ابن مسعود فقلت هل شهد أحد منكم مع رسول الله ليلة الجن قال : لا ولكنا كنا مع رسول الله ذات ليلة ففقدناه فالتمسناه في الأودية والشعاب فقلنا استطير ( قال صاحب لسان العرب : واستطير الشيء أي طير ) أو اغتيل قال فبتنا بشر ليلة بات بها قوم ، فلما أصبحنا إذا هو جاء من قبل حراء قال : فقلنا يا رسول الله فقدناك فطلبناك فلم نجدك فبتنا بشر ليلة بات بها قوم ، فقال : أتاني داعي الجن فذهبت معه فقرأت عليهم القرآن ، قال : فانطلق بنا فأرانا آثارهم وآثار نيرانهم وسألوه الزاد فقال لكم كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع في أيديكم أوفر ما يكون لحما ، وكل بعرة علفت لدوابكم ، فقال رسول الله : فلا تستنجوا بهما فإنهما طعام إخوانكم
Bahwa ‘amir bertanya kepada Alqamah apakah Ibnu Mas’ud ikut bersama Rasulullah pada malam bertemu jin ? Lalu Alqamah Alqamah bertanya kepada sahabat Ibnu Mas’ud,
”Apakah ada diantara kalian yang ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam beliau bertemu jin?”
”Tidak, hanya saja, pada suatu malam, sebelumnya kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, dan kamipun mencari beliau di lembah dan semak-semak. Hingga kami mengatakan, ’Beliau dibawa pergi oleh jin.’ Malam itu, kami menjalani malam paling buruk. Di pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Kamipun segera menyambut beliau, ’Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami berusaha mencari anda, namun kami tidak berhasil menemukan anda. Sehingga kami merasa sangat sedih di malam itu.”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
”Ada seorang dari kalangan jin yang mendatangiku, akupun pergi bersamanya dan aku bacakan ayat al-Quran kepada mereka.”
Ibnu Mas’ud melanjutkan ceritanya, Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersama kami. Kamipun melihat bekas mereka dan bekas api mereka. Dan mereka meminta bekal hidup. Lalu Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ Pada setiap tulang hewan yang disembelih secara syar’i, akan berisi penuh daging di tangan kalian. Dan setiap kotoran hewan ternak, menjadi makanan binatang kalian (jin).”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
”Janganlah kalian melakukan istinjak dengan tulang dan kotoran, karena itu makanan saudara kalian (dari jin).”(HR. Ahmad 4149, Muslim 450, Turmudzi 3258, dan yang lainnya)
Dari perkataan para sahabat dalam hadits itu, menunjukkan bahwa jin mampu membawa pergi manusia secara fisiknya.
Lelaki yang hilang diculik jin.
Kisah yang ‘ajib ini terjadi di zaman Khulafa’ur Rasyidin yang kedua yaitu ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu, diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah, beliau menuturkan :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو مُحَمَّدٍ عُبَيْدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مَهْدِيٍّ لَفْظًا، قَالا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، نا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أنا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، نا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، ” أَنَّ رَجُلا مِنْ قَوْمِهِ مِنَ الأَنْصَارِ خَرَجَ يُصَلِّي مَعَ قَوْمِهِ الْعِشَاءَ فَسَبَتْهُ الْجِنُّ فَفُقِدَ، فَانْطَلَقَتِ امْرَأَتُهُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَصَّتْ عَلَيْهِ الْقِصَّةَ فَسَأَلَ عَنْهُ عُمَرُ قَوْمَهُ، فَقَالُوا: نَعَمْ، خَرَجَ يُصَلِّي الْعِشَاءَ فَفُقِدَ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَرَبَّصَ أَرْبَعَ سِنِينَ، فَلَمَّا مَضَتِ الأَرْبَعُ سِنِينَ أَتَتْهُ فَأَخْبَرَتْهُ فَسَأَلَ قَوْمَهَا، فَقَالُوا: نَعَمْ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَتَزَوَّجَ فَتَزَوَّجَتْ فَجَاءَ زَوْجُهَا يُخَاصِمُ فِي ذَلِكَ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَغِيبُ أَحَدُكُمُ الزَّمَانَ الطَّوِيلَ لا يَعْلَمُ أَهْلُهُ حَيَاتَهُ، فَقَالَ لَهُ: إِنَّ لِي عُذْرًا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَ: وَمَا عُذْرُكَ؟ قَالَ: خَرَجْتُ أُصَلِّي الْعِشَاءَ فَسَبَتْنِي الْجِنُّ فَلَبِثْتُ فِيهِمْ زَمَانًا طَوِيلا فَغَزَاهُمْ جِنٌّ مُؤْمِنُونَ، أَوْ قَالَ: مُسْلِمُونَ، شَكَّ سَعِيدٌ فَقَاتَلُوهُمْ فَظَهَرُوا عَلَيْهِمْ فَسَبَوْا مِنْهُمْ سَبَايَا فَسَبَوْنِي فِيمَا سَبَوْا مِنْهُمْ، فَقَالُوا: نَرَاكَ رَجُلا مُسْلِمًا وَلا يَحِلُّ لَنَا سَبْيُكَ فَخَيَّرُونِي بَيْنَ الْمُقَامِ وَبَيْنَ الْقُفُولِ إِلَى أَهْلِي فَاخْتَرْتُ الْقُفُولَ إِلَى أَهْلِي فَأَقْبَلُوا مَعِي أَمَّا بِاللَّيْلِ فَلَيْسَ يُحَدِّثُونِي وَأَمَّا بِالنَّهَارِ فَعِصَارُ رِيحٍ أَتْبَعُهَا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَمَا كَانَ طَعَامُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْفُولُ وَمَا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ، قَالَ: فَمَا كَانَ شَرَابُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْجَدَفُ، قَالَ قَتَادَةُ: وَالْجَدَفُ مَا لا يُخَمَّرُ مِنَ الشَّرَابِ، قَالَ: فَخَيَّرَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَيْنَ الصَّدَاقِ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ
Abu ‘Abdillaah Al-Haafizh dan Abu Muhammad ‘Ubaid bin Muhammad bin Muhammad bin Mahdiy telah mengkhabari kami -secara lafazh-, keduanya berkata, Abul ‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub telah mengkhabari kami, Yahyaa bin Abi Thaalib telah mengkhabari kami, ‘Abdul Wahhaab bin ‘Athaa’ telah memberitakan kami, Sa’iid telah mengkhabari kami, dari Qataadah, dari Abu Nadhrah, dari ‘Abdurrahman bin Abi Lailaa :
“Bahwasanya ada seorang lelaki dari kaumnya Ibnu Abi Lailaa yaitu kaum Anshar yang keluar untuk shalat ‘Isya bersama mereka. Tiba-tiba jin menawan lelaki tersebut dan hilanglah ia tak berbekas. Serta merta pergilah istri si lelaki kepada ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu lalu ia melapor kepada ‘Umar atas kejadian yang menimpa suaminya, kemudian ‘Umar pun bertanya kepada kaum Anshar perihal lelaki tersebut. Mereka menjelaskan, “Benar, ia keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ia menghilang!” Maka ‘Umar memerintahkan kepada istri si lelaki untuk menahan diri selama 4 tahun.
Ketika telah berlalu masa 4 tahun, ia kembali mendatangi ‘Umar dan memberitahukan keadaannya (yang telah menunggu hingga lewat masa 4 tahun) kepada ‘Umar. Lalu ‘Umar pun bertanya kepada kaum si wanita (mengenai kebenaran perkataannya). Mereka menjawab, “Benar!” Kemudian ‘Umar memerintahkan wanita tersebut agar menikah lagi dan ia pun menikah (dengan lelaki lainnya).
Tiba-tiba datanglah suaminya yang telah menghilang selama 4 tahun tersebut (dan ia mengetahui istrinya telah menikah lagi) lantas ia mendebat ‘Umar bin Al-Khaththaab mengenai hal ini.
‘Umar berkata, “Salah seorang dari kalian raib dalam rentang waktu yang demikian lama, keluarganya pun tidak ada yang mengetahui mengenai keberadaannya.”
Sang lelaki berusaha menjelaskan kepada ‘Umar, “Sesungguhnya diriku mempunyai ‘udzur, wahai amiirul mu’miniin!”
‘Umar bertanya, “Apa ‘udzurmu?”
Sang lelaki menceritakan kisah yang dialaminya, “Aku keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ada jin yang menawanku. Maka aku menetap di alam mereka selama rentang waktu yang panjang. Dan ada sekelompok jin mu’min -atau jin muslim, Sa’iid (salah seorang perawi kisah) ragu- yang memerangi jin-jin kafir tersebut, lantas kelompok jin mu’min berhasil menaklukkan kelompok jin kafir lalu para jin mu’min menawan para tawanan yang pernah ditawan para jin kafir dan aku termasuk ke dalam kelompok tawanan yang direbut dari mereka. Para jin mu’min berkata, “Kami melihatmu sebagai seorang lelaki muslim dan tidak halal bagi kami untuk menawan kamu.” Kemudian mereka memberiku pilihan antara tetap tinggal (di alam jin tersebut) atau kembali ke keluargaku, aku pun memilih kembali ke keluargaku dan para jin mu’min pun membebaskanku. Ketika malam hari tiba maka mereka tidak lagi berbicara denganku, dan adapun pada siang hari maka saat itulah ada deru angin yang aku mengikutinya (hingga aku dapat keluar dari alam mereka).”
‘Umar bertanya, “Apa makananmu ketika bersama mereka?”
Lelaki tersebut menjawab, “Sejenis kacang-kacangan dan segala sesuatu yang tidak disebut nama Allah padanya.”
‘Umar bertanya kembali, “Dan apa minumanmu ketika bersama mereka?”
Si lelaki menjawab, “Al-Jadaf.”
-Qataadah menjelaskan, “Al-Jadaf adalah segala jenis minuman yang tidak ditutup.”-
Akhirnya, ‘Umar pun memberi pilihan untuk si lelaki antara mahar dan istrinya.”
[Sunan Al-Kubraa li Al-Baihaqiy 7/733, Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah]
Dari kisah di atas ada beberapa faedah dan hikmah, diantaranya :
1. Muncullah hukum fiqih, bagaimana status seorang istri yang tinggal suami selama 4 tahun.
2. Bahwasanya kejadian-kejadian yang terjadi diluar akal sehat seperti jin-jin kafir yang kerap kali menzhalimi manusia dengan cara-cara yang aneh, adalah haq dan benar terjadi, sebagaimana dalam kisah yaitu seorang lelaki Anshar yang ditawan jin kafir, hilang tak berbekas hingga kerabat dan kaumnya tidak mengetahui kemana perginya dan ia pun baru muncul beberapa tahun kemudian ketika istrinya telah menikah lagi. Benarlah sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam :
خَمِّرُوا الْآنِيَةَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَأَجِيفُوا الْأَبْوَابَ وَاكْفِتُوا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ الْعِشَاءِ فَإِنَّ لِلْجِنِّ انْتِشَارًا وَخَطْفَةً
“Tutuplah bejana, ikatlah tempat minuman kalian, tutuplah pintu-pintu, dan tahanlah anak-anak kalian (di rumah) ketika tiba waktu ‘Isya’ karena sesungguhnya para jin sedang berkeliaran dan kerap menculik.” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 3316]
3. Kejadian ini terjadi di masa kekhalifahan ‘Umar, yang mana termasuk masa 3 generasi terbaik sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan telah ma’ruf bagi kita bahwa pada masa tersebut kaum muslimin masih belum jauh dari masa Nubuwwah dan masih banyak para sahabat. Hikmahnya adalah, pada zaman tersebut yang termasuk sebaik-baik zaman dan sebaik-baik kaum muslimin, para jin kafir masih bisa berbuat zhalim, maka bagaimanakah lagi dengan zaman sekarang yang kaum musliminnya sendiri banyak yang tidak mengenal agamanya, banyak yang mengambil dukun untuk memecahkan masalah. Wal’iyadzubillaah.
4. Para jin mu’min kerapkali berperang melawan para jin kafir sebagaimana bertempurnya kaum muslimin melawan orang-orang kafir.
(Panduan Ruqyah Aswaja praktisi. Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
Komentar
Posting Komentar